FlashVortex

Kamis, 16 Juni 2011

Fenomena Alam : Suara Hati Saat Gerhana Bulan

Kamis, 16 Juni 2011

Pagi dini hari 02:00 wib

Pagi ini aku terbangun dari tidurku, bukan karena memang ada niat atau rencana untuk bangun pagi-pagi benar apalagi dalam kondisi temperatur yang sampai dibawah 20 0C. saat itu, kepala dan pikiranku sudah jenuh dan frustasi melihat tugas laporan akhirku yang berjudul :

PENENTUAN KUALITAS AIR SUNGAI BRANTAS DI DESA PENDEM, KECAMATAN KARANG PLOSO, KABUPATEN MALANG

Tidak kunjung selesai. Oleh sebab itu, kuputuskan saja malam hari sebelumnya kutinggalkan laptopku dan aku langsung tertidur tanpa memedulikan laptopku yang masih menyala. Tiba-tiba saja aku terbangun pagi itu karena ada sebuah bisikan yang kuat agar aku segera bangun. Alhasil, akupun terbangun langsung dan ingat ,”oh ya, pagi ini kana ada gerhana bulan total?” kataku. Langsung saja saya lekas ke balkon luar rumahku dan mencari dimana bulan yang menghiasi langit malam itu bercokol. “oh itu dia! Subhanallah indah sekali.” Kataku lagi. Bagaimana tidak kawan, gerha

na bulan itu tertutup sempurna oleh bayangan hitam (baca: teori gejala gerhana bulan) dengan cahayanya yang kabur berwarna merah. Subhanallah Cantik sekali padahal saat itu ingatanku belum pulih 100 % setelah tertidur lama.

Segera saja aku ke kamar mandi dan mensucikan diri untuk siap-siap shalat gerhana bulan sekalian shalat isya’ (ketiduran semalam jadi terlupakan) dan shalat malam. Dan saat itu aku memiliki ide fantastis yaitu :

SHALAT GERHANA BULAN DAN SHALAT MALAM DI ATAP RUMAH BERALASKAN SAJADAH


Wuah, ini momen yang tepat dengan ide yang tepat pula. Akhirnya pun, aku menyegerakan diri memakai sarung yang super tipis, membawa sajadah, dan jaket pelindung tubuh dari hawa dingin langsung ke atas dengan menggunakan tangga seadanya. Nekat saja saat itu, toh tidak ada seorangpun yang tahu kalau ternyata ada orang di atap rumah sedang bercokol disana. Kalau sampai tahu, wuah bisa dibilang maling nantinya.

Alhamdulilah, akhirnya saya niatkan shalat gerhana dan shalat malam di atap rumah beralaskan sajadah saja menghadap barat dengan lukisan diluar sana langit yang penuh bintang-bintang dan gerhana bulan total yang berwarna merah indah. Terasa tidak ada jarak antara aku dengan Sang pencipta. Langsung tembus ke Arsy Allah swt. Dalam hati, aku merenungkan semua ini, ternyata aku begitu kecil dan tak berdaya dengan ciptaan Allah swt disana. Lihat saja dilangit itu, bintang-bintang yang menghiasi langit, angina mala mini, dan bulan yang begitu indah begitu besar dan agung padahal benda-benda alam ini termasuk bagian terkecil dari-Nya. Bagaimana dengan kita? Kita yang jauh lebih kecil dari benda-benda alam itu ? lalu, pantaskah kita menjadi :

MANUSIA YANG SOMBONG? MANUSIA YANG MERASA PINTAR? MANUSIA YANG TIDAK BUTUH DENGAN MANUSIA YANG LAINNYA ?

Padahal kita seperti sebuah debu atau di beberapa hadits rasul kita ini seperti kotoran cicak yang begitu kecil dan terlihat. Astaghfirullah, begitu banyak dosa yang hamba buat selama hidupku ini. Oleh sebb itu, pagi ini aku mendapatkan pelajaran penting dari perenungan yang aku jalani pagi ini.

Waktu terus beranjak dari tempatnya dan saat itu aku merenungi perjalanan hidupku selama ini. Aku telaah satu demi satu, begitu miris dan sakit menghiasi hari-hariku. Tragis melihat apa yang aku alami. Kesendirianku, kejenuhanku, kepenatanku, dan semuanya campur aduk dijalani aku dengan lancar selama ini. Dan akupun mengangkatkan kepalaku ke langit malam, “ Ya Allah, kuatkanlah hamba.” Tanpa terasa air mata inipun berderai kencang ketika memori-memori kehidupan ini aku buka satu demi satu. Aku ucapkan satu demi satu dengan lancar dan penuh air mata.

Untuk yang pertama

SAHABAT SEJATI YANG ADA SAAT AKU SUKA DAN DUKA. SERTA MAMPU MENUNTUN AKU MENUJU JALAN YANG LURUS YAITU JALAN ISLAM

Entah karena aku mungkin kurang bersyukur atau bagaimana. Namun hakikatnya sahabat sejati yang benar-benar ada untukku, yang selalu menguatkan kaki-kakiku ini, yang dapat membuatku tersenyum bahkan tertawa, yang mengingatkanku ketika aku salah, yang selalu mendengarkan suaraku tanpa pernah berkeluh dengan suaraku, yang terima segala kekuranganku, yang menguatkanku ketika aku ditimpa masalah, yang dimana aku ada untuknya ketika dia ditimpa cobaan, yang tanpa malu terbuka dan selalu bersama menjalani hari-hari kedepan dengan hiasan yang indah, dan yang bertahan lama hingga kita dipanggil ke hadirat Ilahi nantinya. Apakah aku sudah menemukannya? Ternyata tidak. Apa yang aku alami sekarang ini adalah rasa syukurku telah dikaruniakan orang-orang yang sempat membuatku tenang, berpribadi tangguh, dan selalu ingat kepada-Nya. Alhamdulilah. Namun, sejatinya aku sadari, aku belum mendapatkannya. Dilain sisi, akupun tahu posisiku saat ini, keadaanku, dan lingkunganku. Jika, memang inilah jalanku berjalan sendiri menelusuri jalan setapak yang berbatu seorang diri, baiklah Insya Allah aku mampu menajalani hari-hari ini seorang diri.

Untuk yang kedua

SEORANG WANITA YANG SHOLEHAH


Hingga pada detik ini, aku belum mendapatkan tambatan hatiku. Dimanakah dia berada? Hingga kini pun aku belum mengetahuinya. Lantas, aku selalu memikirkannya. Ya Allah, hamba berharap sekali mendapatkan jodoh yang sholehah, patuh kepada suami, mengetahui kewajibannya sebagai ibu bagi anak-anak hamba kelak, dan pengingatku jika hamba keliru dan pencerah rumah tangga kami. Allah, hamba yakin jodoh ada di tanganmu dan Engkau pasti akan memberikan yang terbaik untuk hamba.

Setelah itu, sisa harapan-harapanku kupanjatkan kepada-Nya :

Ketika aku memohon kekuatan, Allah memberiku kesulitan sehingga aku kuat.

Ketika aku memohon kebijaksanaan, Allah memberiku masalah untuk aku pecahkan.

Ketika aku memohon surga, Allah menghujaniku dengan ujian ujian.

Ketika aku memohon pengampunan dosa, Allah memberiku sakit.

Ketika aku memohon kesejahteraan, Allah memberiku akal untuk berfikir.

Ketika aku memohon keberanian, Allah memeberiku bahaya untuk aku atasi.

Ketika aku memohon cinta, Allah mendatangkan orang orang bermasalah untuk kutolong.

Ketika aku memohon hikmah, Allah memberiku musibah untuk ku analisa dengan akal dan qolbuku.

Aku tidak pernah menerima apa yang kuminta, tapi aku menerima apa yang aku butuhkan

Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 4 pagi dan waktuku untuk siap-siap menjalankan ibadah shalat subuh pagi itu. Aku turun dari balkon atas rumahku menuruni setiap anak tangga. Demikian segores cerita yang terjadi pada pagi hari saat Gerhana Bulan Total terjadi. Semoga mimpi-mimpi ini akan terwujud sesuai harapanku. Amiin Ya Rabb

Balkon atas rumah

Malang, 16 Juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar