(Episode
: Balada Skripsi Randi)
Alhamdulilah, proses
KRS semester 8 telah selesai saya urus di kampus hari ini. Melelahkan juga,
mungkin waktu ini adalah KRS yang terberat karena saya harus rela bolak-balik
Surabaya – Malang. Dan semoga saja KRS kali ini adalah KRSku yang terakhir
selama studi S1 di Jurusan Kimia Universitas Brawijaya.
Yah, akhirnya waktu
yang ditunggu-tunggu inipun tiba juga. Waktu dimana selama setengah tahun
kedepan nasibku selama 4 tahun menimba ilmu akan ditentukan. Itulah, Skripsi.
Setiap mahasiswa jenjang S1 sudah sangat familiar di telinga mereka. banyak
rumor mengatakan bahwa saat-saat skripsi adalah saat-saat yang paling
menegangkan entah tegang karena psikis maupun materi. Banyak dana yang harus
dikeluarkan untuk penelitian skripsi kita. tidak hanya itu, kita dianjurkan
untuk kuat banting dan mental ketika penelitian kita gagal atau mendapatkan
penguji/pembimbing yang disiplin tinggi. Semua kisah tumpah ruah disini, ya, saat
SKRIPSI. Sehingga layak jika momen tersebut menjadi momen yang paling diingat
oleh para sarjana di kehidupan nyata luar sana. Begitu momen yang seru, ada
sebagian bilang momen paling indah, dan parahnya ada yang bilang momen paling
menyeramkan dalam hidupnya. Wallahua’lam
Lalu,
bagaimana denganmu dalam menghadapi Skripsi Esok ?
Saya katakan sejujurnya
bahwa, Demi Allah saya benar-benar ketakutan dan merasa ciut nyaliku. Entahlah, terserah
anggapan orang tentangku jika saya terkesan lemah dan tak berdaya dihari-hari
esok ini. Sejujurnya skripsi di bidang minat yang saya jalani ini awalnya
bukanlah atas keiinginanku. Awalnya kawan.
Mundur
setahun yang lalu
Suara itu masih
kudengar,”Selamat ya rek, PKM – mu didanai Dikti.” bagi sebagian orang mungkin
diterimanya PKM mereka (Program Kreativitas Mahasiswa adalah ajang penelitian
mahasiswa yang diadakan DIKTI dimana segala pendanaan penelitian didanai oleh DIKTI)
merupakan sebuah anugerah. Namun, bagiku tidak. Karena jika PKM saya (saat itu
kami berlima) diterima maka saya wajib mengambil bidang minat ini. Saat itu
saya shock selama satu bulan lamanya. Saya berusaha untuk kuat dan melihat sisi
positif dari semuanya ini. Alhasil, dengan pikiran yang lelah saya terima
segala keadaanku ini. Keadaan yang sebagian mahasiswa lainnya ingin menghindar justru
saya berada di dalamnya. Selama setahun kemarin saya berusaha menguatkan
seorang diri, saya tetap tampak ceria didepan banyak orang. tapi, tak semua
mengetahui isi hatiku. Isi hati yang berusaha menguatkan padahal masih tampak
lemah tak berdaya
Hari
Ini
Akhirnya, telah saya
daftarkan program skripsi di semester ini. Saya diam sejenak, saya berusaha
memantapkan diri sekali lagi. meyakinkan diri sekali lagi bahwa saya pasti
bisa, saya pasti mampu menghadapi segala cobaan hingga hari-hari kedepan.
Pada
Intinya, apa yang kamu inginkan saat ini dalam menghadapi masa-masa sulitmu
esok ?
Yang saya inginkan
hanyalah ada orang-orang terdekatku yang selalu menyuportku dan menguatkanku
esok ketika aku down. Jujur, selama ini saya merasa bahwa ikatan emosional
dengan sahabat-sahabatku telah kendor. Entah perasaanku atau memang kenyataan
seperti ini. Terbukti bahwa, mereka semua telah sibuk dengan kegiatannya
masing-masing, intensitas berkumpul atau mengunjungi sudah jarang, bahkan sudah
ada rasa sungkan jika meminta pertolongan karena tidak akrab lagi. Pakah ini
pertanda hubungan persaudaraan ini mulai kendor ? Apakah suatu saat nanti makin
hilang persaudaraan ini karena sikap yang tidak akrab lagi. Padahal dulu, saat
hubungan persaudaraan kami begitu erat, saya ingin sekali disupport selama
skripsi saya. Ingin sekali saat saya Ujian Seminar Proposal, Kemajuan, dan
Komprehensif kelak sahabat-sahabatku ada disana untuk mendukungku, mengatakan
kepadaku secara lisan,”tenang saja okte/randi, kamu pasti bisa melewatinya. Ini
adalah perkara paling kecil bagi Allah Swt.”. ya, saya hanya ingin lihat
keberadaan mereka saja, maka akan membantuku untuk kembali menegakkan muka agar
percaya diri selama ujian berlangsung. Yang selalu siap mendengar kisahku
ketika saya down dan butuh dukungan. Saya harap itu, saya inginkan itu. Selama
ini saya tidak pernah meminta apa-apa darinya, hanya dukungan moral saja. Tidak
sulit to? tapi itulah yang terjadi, susah untuk meminta tolong karena rasa
sungkan yang lebih besar daripada rasa keterbukaan dan kebersamaan sebagai
saudara.
Mengapa
kamu berharap justru sahabat yang selalu ada ada untukmu kelak daripada
teman-teman kuliahmu yang sebenarnya ada di sebelahmu esok ?
Tidak kawan, sahabatku
itu adalah orang terbaik dalam hidupku. Bahkan dia sudah saya anggap sebagai
kakakku sendiri. Bagaimana saya menghormati dia karena kedewasaannya dan
ilmunya. Namun, baginya siapalah saya? Saya juga harus menerima jalanku esok
seorang diri tanpa adanya sahabatku selama skripsi esok. Bagaimana
sempoyongannya saya menghadapi skripsi kelak. Sedangkan teman, pasti mereka
mendukungku dan menyuportku tapi tetap terlihat bahwa sahabatlah yang mampu
membuat seseorang kembali bersemangat, tersenyum, bahkan terlihat percaya diri.
Karena Seorang Sahabat. Subhanallah
Lalu
saat ini bagaimana selanjutnya ? Apa yang akan kamu lakukan jika keadaanmu
seperti ini ?
Entahlah kawan, saya
lelah. Saya hanya menginginkan ada orang terdekatku kelak yang akan
menyemangatiku dan mendukungku tanpa mengenal lelah demi kebaikanku demi
kesuksesanku. Karena bukan untuk meminta yang lebih namun saling menolong satu
dengan yang lainnya sebagai satu saudara. Dan untuk saat ini, saya tetaplah
randi yang terlihat kuat diluar namun sebenarnya begitu rapuh didalam. Setengah
tahun kedepan memang saya tidak tahu apa yang bakal terjadi karena seluruhnya
masih menjadi suratan takdir oleh-Nya. Jika saya dalam kondisi lemah dan tak
berdaya, maka doakan saja masih kuat. masih ada sedikit senyum disana walau
tampak berat. Mampu berjalan seorang diri tanpa ada siapapun dan apapun. Kita
lihat saja bagaimana nasibku kelak. Jika hal terburuk terjadi padaku, Wallahu’alam.
Doakan Saya Kuat
Allah Maha Mengetahui
apa-apa yang menjadi keinginan dan harapan hambanya. Insya Allah
Kisah Lain
Kemarin saya sempat melewati ruang sidang jurusan kimia. Ada dua ruang sidang dan itu dipakai semua. berarti ada dua mahasiswa (rekanku) yang ujian secara bersamaan di ruangan yang berbeda. terlihat sekali perbedaannya, dimana mahasiswa A begitu banyak yang mendukung, banyak yang menyuport hingga ruangan sidangnya penuh. Mahasiswa itu tampak ceria karena dukungan yang ia terima begitu mengejutkan, sehingga ia lebih percaya diri menghadapi Ujian Komprehensif. Sedangkan, mahasiswa B di ruangan lainnya terlihat seorang diri. Ia menyiapkan segala kebutuhan ujian mulai LCD, hingga penataan ruang ia sendiri yang menyiapkan. tak tampak sseorangpun rekannya yang mendukungnya. Tidak ada kawan, tragis sekali melihat dua keadaan yang berbeda ini. Namun, mahasiswa B tersebut berusaha untuk tenang dari kegalauannya mengahadapi ujian komprehensif ini. Lalu esok, bagaimana denganku ? melihat kondisiku yang mudah ngedown dan jatuh tak berdaya ? Wallahua'lam
20.00 wib
Lokasi Kos di Surabaya
Jl. Jemur Gayungan Gg.
2 No. 29
Surabaya
Kisah selanjutnya :
Seminar Proposal (Episode : Balada Skripsi Randi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar